GlobalKalteng.com - PALANGKA RAYA || Luas areal perkebunan rakyat di Kalimantan Tengah (Kalteng) untuk komoditas kakao mencapai 2.878 hektar, dengan produksi sebesar 1.557 ton, berdasarkan data dari Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI pada Desember 2021.
Angka ini menunjukkan bahwa kakao memiliki potensi besar untuk dikembangkan di provinsi tersebut.
Tren permintaan kakao di pasar global terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Namun, ironisnya, produksi kakao dalam negeri justru mengalami penurunan karena berbagai tantangan.
Kondisi ini menjadi peluang strategis bagi Kalimantan Tengah untuk mengoptimalkan pengembangan komoditas kakao.
Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Kalteng, Rizky Ramadhana Badjuri, menyebutkan bahwa kakao menjadi salah satu komoditas unggulan selain kelapa sawit, karet, kelapa dalam, dan kopi.
“Komoditas Kakao di Kalteng sudah menunjukkan tren grafik keberhasilan, perkembangannya terlihat di wilayah Kabupaten Barito Utara, Barito Selatan, Barito Timur, dan Murung Raya,” ucap Kadisbun, Senin (16/12/2024).
Ia juga menambahkan bahwa kakao memiliki keunggulan dibandingkan komoditas lain seperti kelapa sawit.
“Selain itu, komoditas kakao juga tidak akan menimbulkan efek sosial apabila ditanam di kawasan hutan atau perhutanan sosial, karena pohon kakao tidak akan banyak menimbulkan permasalahan seperti komoditas sawit, baik di tempat tumbuhnya maupun di lingkungan sekitar,” katanya.
Melihat peluang besar ini, diperlukan sinergi dari berbagai pihak untuk mendukung pengembangan kakao di Kalimantan Tengah, termasuk pendampingan kepada petani, penguatan infrastruktur, dan akses pasar yang lebih luas.
“Jika dikelola dengan baik, kakao berpotensi menjadi motor penggerak ekonomi baru di Kalteng. Dan kami terus berkomitman untuk hal ini sesuai arahan Gubernur H. Sugianto Sabran dan Wakil Gubernur H. Edy Pratowo,” tandasnya. (FS/Red)