RSUD Doris Sylvanus Berjuang Keluar dari Jeratan Utang Rp120 Miliar : Menyelamatkan Pelayanan Kesehatan di Tengah Krisis
GlobalKalteng.com || PALANGKA RAYA || Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Doris Sylvanus, yang merupakan rumah sakit rujukan utama milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, tengah menghadapi tantangan besar. Laporan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI mengungkapkan bahwa rumah sakit ini menanggung beban utang yang mencengangkan, mencapai angka Rp120 miliar.
Kondisi ini menjadi perhatian serius, tidak hanya bagi manajemen rumah sakit tetapi juga masyarakat luas yang menggantungkan harapan layanan kesehatan pada institusi ini. Di tengah sorotan publik, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD Doris Sylvanus, dr. Suyuti Syamsul, tampil terbuka dan tidak menutupi kenyataan pahit tersebut.
Warisan Krisis dan Langkah Awal Penyelamatan
Dalam keterangan pers yang disampaikan pada Senin (02/06/2025), Suyuti mengungkapkan bahwa utang tersebut sebagian besar merupakan hasil dari tata kelola manajemen sebelumnya yang dinilai kurang hati-hati dalam menjaga keseimbangan antara pengeluaran dan pemasukan. Akibatnya, rumah sakit terjerumus dalam situasi defisit yang cukup dalam.
“Sebagian besar pendapatan rumah sakit saat ini tersedot untuk membayar kewajiban utang masa lalu, sehingga perputaran kas menjadi tidak lancar. Namun kami tidak tinggal diam,” ujar Suyuti.
Sejak dipercaya memimpin rumah sakit ini, Suyuti bersama tim manajemen baru langsung menyusun strategi penyelamatan keuangan secara bertahap. Salah satu prioritas utama adalah membayar utang pengadaan obat dan bahan medis habis pakai, yang sangat vital untuk kelangsungan pelayanan medis.
“Sampai saat ini kami sudah mulai mencicil utang sekitar Rp6 miliar. Utang untuk pengadaan obat hingga Desember 2024 sebagian besar sudah kita selesaikan,” jelasnya.
Jasa Medis Tertunda, Namun Tidak Diabaikan
Di tengah kabar simpang siur mengenai tunggakan pembayaran jasa layanan kepada tenaga kesehatan, Suyuti meluruskan informasi. Ia membantah ada tunggakan hingga tujuh bulan, namun membenarkan bahwa terdapat keterlambatan selama lima bulan, yakni sejak November hingga Desember 2024.
“Kami sudah mulai mencicil jasa layanan dari November pada awal Mei ini, dan selanjutnya akan dilanjutkan ke Desember. Kami akui ini bukan situasi ideal, tapi kami berkomitmen untuk menuntaskan semua kewajiban,” ujarnya tegas.
Ia menambahkan, sistem pengelolaan rumah sakit yang masih berjalan secara manual turut memperlambat proses administrasi. Dengan jumlah pegawai yang mencapai ribuan, serta mekanisme birokrasi yang belum efisien, pembayaran dan pengelolaan keuangan menjadi tantangan tersendiri.
Optimisme dan Transformasi : Jalan Menuju Pemulihan
Kendati dihimpit oleh utang besar dan tantangan manajerial, Suyuti tetap memancarkan optimisme. Menurutnya, momentum krisis ini justru membuka peluang untuk membenahi sistem dari akar.
Ia menargetkan pemulihan kondisi keuangan RSUD Doris Sylvanus dapat dicapai melalui tiga langkah utama : efisiensi internal, peningkatan pendapatan dari layanan BPJS dan pasien umum, serta reformasi tata kelola keuangan dan administrasi.
“Kami akan mengefisienkan penggunaan anggaran tanpa mengorbankan mutu layanan. Selain itu, kami mendorong optimalisasi pendapatan melalui kerja sama dengan BPJS dan upaya digitalisasi administrasi agar proses menjadi lebih cepat dan transparan,” ungkapnya.
Tak hanya itu, ia juga membuka pintu untuk kolaborasi dengan pihak eksternal, termasuk Kementerian Kesehatan dan lembaga keuangan, guna mendapatkan pendampingan dalam menata ulang sistem keuangan rumah sakit.
Pelayanan Tetap Jadi Prioritas Utama
Meski rumah sakit tengah menjalani proses penyembuhan keuangan, Suyuti menegaskan bahwa pelayanan terhadap masyarakat tetap menjadi prioritas utama. Tidak boleh ada gangguan terhadap layanan kesehatan, terlebih RSUD Doris Sylvanus adalah rumah sakit rujukan regional yang melayani ribuan pasien setiap bulannya.
“Kami sedang berjuang. Tapi perjuangan ini untuk memastikan bahwa masyarakat tetap mendapatkan layanan kesehatan terbaik. Kami mohon doa dan dukungan dari semua pihak,” tutupnya.
Kondisi yang dialami RSUD dr Doris Sylvanus bukan hanya soal angka, tetapi soal keberlangsungan layanan publik yang menyangkut nyawa dan kesehatan masyarakat. Langkah-langkah penyelamatan yang sedang diambil manajemen saat ini menjadi ujian besar bagi tata kelola sektor kesehatan di daerah. Harapan besar tertumpu pada komitmen dan transparansi dalam mengelola lembaga pelayanan yang menjadi garda terdepan dalam sistem kesehatan Kalimantan Tengah.
(FS/Red-Tim)